Laman

Kamis, 04 Agustus 2011

Glenn Fredly dan Molukka Hip-Hop Community Rilis Album "Beta Maluku"(MHC) 2o11



Peluncuran album perdana Molukka Hip Hop Community (MHC) yang bertitel Beta Maluku digelar pada Senin (30/5) malam lalu di Erasmus Huis, Jakarta. MHC adalah komunitas hip-hop di Maluku yang cukup besar dan menaungi banyak komunitas lagi didalamnya, tetapi pada kesempatan kali ini hanya 7 orang dari mereka yang terlibat mengerjakan proyek album Beta Maluku ini.

Acara dibuka dengan sambutan sang produser album ini, penyanyi dan pencipta lagu Glenn Fredly yang mengatakan, “Sebuah malam yang luar biasa bagi MHC dan saya dengan bangga meluncurkan album MHC. Pentas Budaya Indonesia sudah harus mendapatkan tempat yang layak dan representatif, dan hal ini yang akan dilakukan MHC dengan menampilkan karyanya disini.”

Malam itu pertunjukkan dibuka oleh choir yang menyanyikan lagu “Hena Masa Waiya” sebuah Kapata yang merupakan nasihat atau petuah dan sejarah tradisional masyarakat Maluku. “Hena Masa Waiya” bercerita mengenai sejarah manusia pertama Maluku.

Setelah itu MHC membawakan sebuah lagu Kapanya yang berjudul “Mama Lole”, dimana Kapanya adalah bentuk budaya tua yang lebih bersifat menghibur dalam suasana pesta rakyat.

Setelah pertunjukkan malam itu makin meriah karena lagu-lagu Kapanya lainnya Seperti “Lembe-Lembe” yang lebih riang dan upbeat dibalut dengan musik hip hop dan R&B yang sangat kental sehingga membuat sebuah karya seni budaya yang mungkin kita tidak pernah tahu menjadi sebuah sajian yang menarik.

Bahkan ada sebuah lagu berjudul “Rarsamange” yang diaransemen dengan alunan musik reggae yang menjadi salah satu momen yang menakjubkan, sebuah perpaduan seni budaya tradisional dikemas dengan musik yang berkualitas.

Di sebuah lagu berjudu “Sopo Moriale” sang produser Glenn Fredly turut bernyanyi dan memainkan piano bersama penyanyi-penyanyi MHC.

Semua lagu di album Beta Maluku dimainkan pada malam itu, lagu-lagu seperti “Madai” yang terinspirasi dari mantra leluhur yang biasa digunakan para lelaki Maluku untuk menaklukkan wanita, “Enggo Lari” yang bercerita tentang permainan anak-anak Maluku, “Puritan” sebuah lagu yang menyerukan pesan untuk kembali ke nilai-nilai kemurnian asli Maluku yaitu tenggang rasa dan terus menjaga nilai budaya.

Lagu terakhir adalah “Beta Maluku” yang dinyanyikan oleh seluruh team dari MHC bersama produser Glenn Fredly dan Aldisyah Latuihamallo. Sebuah lagu yang menyerukan identitas masyarakat Maluku yang tidak akan lupa akan akar budaya mereka.

Sebuah pertunjukkan musik yang sangat menakjubkan dimana sekelompok anak-anak muda yang tidak mau melupakan akar tradisi mereka berhasil menggabungkan musik pop modern dengan peninggalan akar budaya para nenek moyang mereka.

Berikut adalah wawancara dengan para personil MHC :

Siapa yang pertama kali mencetuskan konsep untuk mengangkat kebudayaan Kapata dan Kapanya di dalam album Beta Maluku?

Morika: Konsep memasukkan Kapata dan Kapanya ke dalam album tercetus oleh kak Glenn Fredly, kami bertemu di Ambon terus ngobrol-ngobrol dan dia bilang seru nih kalau kami buat album dengan konsep mengangkat Kapata dan Kapanya yang merupakan sastra tua dari Maluku tetapi dengan musik yang universal sehingga bisa dinikmati oleh semua orang.

Bagaimana proses mendapatkan seni budaya Kapata dan Kapanya? Apakah ada riset terlebih dahulu terhadap hal tersebut?

Morika: MHC itu banyak tersebar di Maluku, ada yang dari Maluku tenggara, Maluku Tengah. Mereka yang di Maluku Tenggara riset ditempat mereka, yang ada di Maluku Tengah meriset ditempat mereka, kami bagi tugas sehingga dapat terkumpul Kapata dan Kapanya yang dibutuhkan. Setelah dapat baru kita kerjakan hingga menjadi sebuah lagu.

Setelah mendapatkan Kapata dan Kapanya bagaimana kalian menggabungkannya dengan musik modern? Apakah kalian interpretasikan nilai-nilai didalamnya atau menggunakan syair-syair tersebut secara langsung?

Morika: Kapata-kapata tersebut kami diskusikan terlebih dahulu, setelah mengerti inti dari Kapata tersebut, tentunya dengan interpretasi juga baru kami tentukan akan dibawa kemana lagu itu nanti. Misalnya untuk Kapata yang berisi petuah kami tidak akan membuat lagu yang gembira karena Kapata itu berisi petuah, nilai-nilai dan sejarah. Berbeda dengan Kapanya yang bersifat lebih riang dan biasa digunakan untuk menghibur.

Apa pengalaman menarik dalam pembuatan album Beta Maluku ini?

Barry: Yang menarik adalah ketika kami mengumpulkan Kapata dan Kapanya dari leluhur-leluhur kami, banyak yang mengira itu disimpan dan tidak akan diberikan, tetapi karena belum ada yang mau mencoba saja buktinya mereka mau membantu kami untuk memberi Kapata dan Kapanya tersebut bahkan menjelaskan beberapa kalimat yang kami tidak mengerti.
Rio: Banyak kalimat-kalimat yang masih menggunakan bahasa jaman dahulu yang disebut bahasa tanah, sehingga kami perlu banyak bertanya kepada leluhur kami atau orang-orang yang dituakan untuk mengerti sepenuhnya tentang isi Kapata dan Kapanya.

Apa misi kalian mengangkat Kapata dan Kapanya di album Beta Maluku?

Morika: Supaya orang makin mengenal dan tidak lupa kepada budaya asli Maluku.
Rio: Saya ingin budaya ini tidak berhenti dan kami sebagai generasi muda tidak melupakan akar budaya kita, semoga ini bisa menjadi contoh bagi anak-anak muda lain dan siapa tahu bisa mendorong generasi muda lainnya di daerah-daerah lain di indonesia untuk lebih peduli terhadap akar budaya mereka.

Pesan yang ingin kalian sampaikan kepada masyarakat luas melalui album Beta Maluku?

Morika: Ini masalah penafsiran, makanya kami beri judul Beta Maluku, kami ingin orang tahu budaya kami dan identitas kami sebenar-benarnya. Mungkin sekarang orang cuma tahu kalau hanya ada dua tipe orang Maluku antara Preman atau Penyanyi, (tertawa) tetapi dengan Kapata dan Kapanya ini kami mencoba mengangkat sisi budaya kami, dan menunjukkan banyak juga leluhur kami ada juga yang penyair, cara bertutur katapun seperti syair bahkan seorang ibu yang menidurkan anaknya menggunakan nyanyian yang juga merupakan syair. Nenek moyang kami adalah para sastrawan hebat, Kapata dan Kapanya ini bukti nyatanya.


NB :
nehh gw ngasih link download mp3/lagunya mereka tapi cuman 5 ajah, jumlah mp3/lagu di album ini ada 11
kalu mau lengkap dan yang soundnya bagus..beli CD orginalnya yahhh..Respect y'all..\m/ ^,^ \m/




Amadeus Choir-Beta Maluku (Hena Masa Waiya) o1



Mama Lole-Henry Marcelino Tetelepta Ft. Nixon Pormes Feat. Marionie Serhalawan,Benny Likumahuwa,Yance Manusama o2



Enggo Lari-Mark Ufie, Franz Hayaka Nendissa, Revelino Berry Nepa, Kitty Marthen feat. Audry Papilaya o4



Dansa-Henry Marcelino Tetelepta & Michael Pesurnay Ft. Franz Hayaka Nendissa Feat. Aldisyah Latuihamallo o6



Beta Maluku (Hena Masa Waiya)-MHC Feat. Yopie Latul,Amadeus Choir 10
  • Share
  • [i]

0 komentar: